Kisah Masyarakat Mekah yang Tidak Percaya Adanya Isra’ Mi’raj




MEDIA SANTRI – Isra’ Mi’raj merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Dikatakan Mukjizat karena peristiwa ini serasa tidak masuk akal. Bagaimana tidak, dalam satu malam Rasulullah menempuh perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dan perjalanan di lanjutkan lagi menuju Sidratul Muntaha/langit ke tujuh. Peristiwa yang terlaksana karena iradat dan kekuasaan-Nya. Dalam peristiwa ini Rasulullah tidak hanya menyaksikan surga dan neraka. Namun, beliau juga menerima perintah untuk melaksanakan sholah 5 waktu sehari semalam.


Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijah ke Madinah yaitu pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Sebagaimana yang tersirat di dalam surat al-Isra’ ayat 1


سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ – ١


yang artinya maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya dari kota Mekah menuju Baitul Maqdis (Palestina) pada sebagian malam. Yang mana batas sekitar Baitul Maqdis telah diberkahi oleh Allah SWT dalam hal apapun yang tujuannya Allah akan memperlihatkan tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya allah adalah dzat yang maha mendengar dan dzat yang maha melihat. 


Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan kejadian Isra’ Mi’raj kepada penduduk kota Mekah semuanya tidak percaya bahkan menertawakan apa yang telah diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW tentang perjalanan isra’ setelah itu mereka mengadu kepada sahabat Abu Bakar.  Sahabat Abu Bakar menjelaskan dengan tegas kalua hal ini yang melakukan seorang Muhammad pasti aku percaya, jangankan perjalanan Isra’ Mi’raj yang lebih jauh pun aku tetap percaya. Dengan keputusan semacam ini dari sahabat Abu Bakar sehingga sahabat Abu Bakar mendapat gelar sebagai Ashidiq artinya orang yang pertama percaya dengan kejadian Isra’ Mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. 


Bahwa turunnya ayat Al-Isra’ dikarenakan ada sebab ketika Nabi Muhammad menjelaskan tentang kejadian Isra’ kemudian penduduk Mekah Sebagian besar tidak percaya kemudian Allah menurunkan surat Al-Isra’ yang tujuannya untuk membenarkan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Al-Burhan An-Nasafi ketika Nabi Muhammad akan mendapat kedudukan yang tinggi, maka Nabi Muhammad telah diberi wahyu oleh Allah SWT. mengapa penduduk Mekah tidak percaya dengan perjalanan Isra’ Mi’raj? Karena semua itu merupakan suatu perbuatan yang muhal yang tidak mungkin dikerjakan oleh orang biasa karena perjalanan atau jarak kota Mekah menuju Baitul Maqdis itu kurang lebih 40 malam. Jadi jika pulang pergi Mekah-Baitul Maqdis ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 bulan, sebab itulah mereka semua tidak percaya. Akan tetapi dikarenakan sebagai tanda kekuasaan Allah sesuatu yang tidak mungkin pasti semua akan mungkin dan terlaksana. 


Berita-berita yang datang dalam kisah Isra’ Mi’raj seperti sampainya beliau ke Baitul Maqdis, kemudian berjumpa dengan para nabi dan mengimami shalat mereka, serta berita-berita lain yang terdapat dalam hadits-hadits yang shahih merupakan perkara ghaib. Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan berita yang datang terhadap seluruh perkara-perkara ghaib yang Allah SWT kabarkan kepata kita atau dikabarkan oleh Rasulullah SAW. Hendaknya kita meneladani sifat para sahabat terhadap berita dari Allah dan Rasul-Nya. Perhatiakn sikap sahabat Abu Bakar terhadap berita yang datang dari Nabi SAW, beliau langsung membenarkan dan mempercayai berita tersebut. Beliau tidak banyak bertanya, meskipu peristiwa tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu. Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim terhadap setiap berita yang datangnya dari Allah dan rasul-Nya. 


HIKMAH ADANYA PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ

Membersihkan jiwa raga untuk menghadap Allah SWT. 

Diriwayatkan, sebelum Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW “dibedah” oleh malaikat untuk memberishkan jiwanya dari sifat-sifat buruk. Itu menunjukkan, sebelum menghadap Allah SWT untuk beribadah, kita harus membersihkan dulu jiwa-raga kita, niat-hati dan jasmani, dari segala kotoran atau najis, dari niat yang tidak ikhlas, dan dari pemahaman-pemahaman yang sesat. Ibadah akan mardud atau tidak sah bila niat kita tidak ikhlas, dinodai bid’ah atau tidak didasari ilmu. 


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama